Senin, 20 Januari 2014

Piknik atau kehidupan ??


Ch’en Hsingyuan dari fuchow menceritakan cerita ini.
     
Suatu hari ada sebuah kelompok yang tidak bahagia. Beberapa dari mereka telah lulus dari ujian negara dan menjadi pejabat tetapi beberapa orang telah diturunkan pangkatnya. Yang lain tdk pernah berhasil lulus dalam ujian. Mereka semua sangat tertekan dan memutuskan untuk pergi piknik ke vihara2 terkenal untuk menghibur diri.
     Ketika mereka sampai di sana, Ch’en Hsingyuan sedang keluar untuk menghirup udara segar. Dia melihat seorang petani sedang mencambuk seekor kerbau, tetapi tidak peduli bagaimana dia mencambuknya, kerbau tersebut tidak mau bergerak. Ketika kerbau melihat ch’en hsingyuan, dia mulai menangis. Ch’en Hsingyuan menyadari bahwa kerbau itu menangis karena dia akan dibawa untuk disembelih, dan secara alami tidak ada binatang yang ingin mati. Ch’en lupa akan semua kesedihan yang dia alami karena simpati terhadap kerbau yang malang itu. Dia bertanya kepada petani tersebut, “berapa yang kamu mau untuk kerbau itu?”
     “harganya lima belas gulung sutera”
     Hsingyuan kemudian masuk ke dalam, “kita tidak mempunyai uang simpanan lagi untuk piknik kita selanjutnya, tetapi bagaimana kalau kita menggunakan uang yang ada ini untuk sesuatu yang lebih baik?”
     “apa yang ada dalam pikiranmu?”
     “mari kita beli seekor kerbau yang diambang kematian dan membiarkan dia hidup dalam kedamaian.”
     “tetapi kita akan menggunakan uang itu untuk piknik yang besar saat musim bunga, tidaklah kamu ingat?”
     “iya, tetapi pesta itu hanya berlangsung selama beberapa jam dan kemudian selesai. Kita dapat menggunakan yang sama untuk menyelamatkan sebuah nyawa. Pikirkanlah. Pilihan mana yang kamu pikir lebih baik untuk menggunakan uang itu?”
     Teman2nya memikirkan hal itu. Hsingyuan memberi dorongan kepada mereka. “ayo kuberitahu sesuatu, kalian ikut menyumbang untuk kerbau ini, dan ketika musim bunga tiba, saya akan menanggung semua biaya untuk piknik. Bagaimana kedengarannya?”
     “yakin?”
     “kalian dapat mempercayai kata-kata saya.”
     Teman2nya melihat bahwa tekadnya sudah bulat, lalu mereka mengumpulkan uang dan memberikannya kepada petani itu untuk kerbaunya. Kemudian mereka memberikan kerbau tersebut ke vihara dan kerbau tersebut menghabiskan sisa hiduonya secara alami di sana.
     Ketika musim bunga tiba, Ch’en Hsingyuan masih seorang cendekiawan yg miskin, tetapi janji adalah janji, maka dia menggadaikan baju terbaiknya dan membayari piknik tersebut, seperti yang telah dijanjikan.

     Tetapi dia tidak lama menjadi cenedekiawan miskin. Tahun berikutnya dia menempati tempat tertinggi pada ujian negara dan menjadi seorang pejabat. Tidak lama kemudian dia telah memenangkan tempat tertinggi di pemerintahan, dan menikmati kehormatan, kekuasaan, dan kekayaan sesuai dengan jabatannya. Dia amat yakin bahwa dia menikmati keuntungan tersebut karena ia telah menyelamatkan kerbau yang malang itu.

Just share..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar