Pada malam
natal yang meriah, tampak banyak orang mengenakan pakaian baru dan menuju ke
gereja. Berdatangan orang-orang dari berbagai penjuru, satu demi satu keluarga
memasuki gedung gereja yang tinggi dan megah. Di tengah keramaian tampak
seorang anak kecil pengemis di tepi jalan. Pengemis ini melihat banyak
anak-anak sebayanya mengenakan pakaian indah, bersama orang tua masing-masing
juga menuju gereja. Sedih, tak berdaya dalam hati, apakah ini cobaan Tuhan bagi
dirinya? Berapa lama lagi dia harus menjalani nasib sebagai pengemis.
Betapa dalam hati pengemis ini juga
ingin masuk ke gereja dan merayakan natal bersama banyak orang. Satu demi satu
langkah dia mendekati pintu gereja. Dalam hati tak ada keyakinan diri untuk
bisa masuk ke gereja, karena pakaiannya compang-camping dan badannya kotor.
Walau demikian, keinginannya untuk merayakan natal mendorong dirinya untuk
terus melangkah menuju pintu gereja. Semakin dekat dan semakin mendekati
halaman gereja. Mulai melangkah memasuki halaman, sebentar lagi sudah bisa
masuk ke dalam gereja. Begitu tinggal tinggal satu dua langkah dari pintu
gereja, tiba-tiba,”Hai, siapa kamu, jangan bikin kotor di sini, minggir,
minggir, pergi sana !
Terdengar suara keras dari seorang penjaga pintu yang bertubuh kekar. Dengan berlinang
air mata pengemis ini berbalik badan dan berjalan menuju pintu pagar. Dengan
sedih dia bersembunyi di sudut halaman gereja sambil menatap orang tertawa ria
memasuki gereja. “apakah Tuhan juga mencampakkan saya, karena saya kotor?” dia
terus bertanya dalam hati.
Tak terasa pintu gereja telah ditutup,
semua umat telah masuk untuk merayakan malam natal bersama. Tinggalah pengemis
kecil ini terus jongkok di sudut halaman gereja, sambil matanya bergeming
menatap pintu gereja. Tiba-tiba datanglah seorang pemuda berwajah lembut,
berusia setengah baya, menghampiri pengemis kecil ini. Pemuda ini menyapa
dengan lembut,”ada apa dik, mengapa kamu meringkuj di sini dengan sedih?”
“saya mau
merayakan natal, tapi saya tidak diizinkan masuk gereja karena aku tak punya
baju baru dan badanku kotor,” jawab pengemis cilik.
“oh anak
manis, kamu tak perlu sedih. Saya juga tak diizinkan masuk ke sana . Mari kita natalan berdua saja di sini,”
pemuda itu menjelaskan dengan tenang dan enuh kelembutan.
“oya , om
juga tak dikasih masuk? Kenapa begitu? Lalu .. lalu … om siapa?” pengemis
bertanya dengan terperangah.
“saya
bernama Yesus,” pemuda menjawab dengan pasti sambil tersenyum.
Ya, saat
kita mengusir, meremehkan, mencampakkan, dan mengenyampingkan orang lain ,
sebenarnya kita telah mengusir Tuhan keluar dari hati kita. Ingat, semua
manusia, semua makhluk tiada beda, semua berasal dari 1 Tuhan yang sama. Hormat
dan kasih kepada Tuhan harus diwujudkan dengan hormat dan kasih kepada sesama.
Sumber : buku PPJ (Pekan Pengembangan Jiwa)
Just Share :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar