Senin, 16 Desember 2013

Titik hitam

Bertahun-tahun yang lalu hingga sekitar beberapa bulan yang lalu, terus terang saya menjadi seorang yang merasa kehidupan dunia ini datar-datar saja, tidak ada yang istimewa dan layak disyukuri. Bagi saya saat tidurlah suatu kebahagiaan terindah. Entahlah, saya begitu menyesal atas apa yang saya miliki, istri, pekerjaan, kehidupan, kemampuan serta fisik yang saya miliki sepertinya tidak sesuai harapan. Saya selalu merasa menjadi orang yang KEKURANGAN di dunia ini. Semakin kuat saya berusaha untuk mengubah keadaan, yang saya terima adalah semakin banyak kekecewaan. Saya tidak tahu harus memulai darimana, hingga suatu saat seorang sahabat memberikan suatu nasehat yang sungguh luar biasa dan memberikan suatu gambaran utuh tentang sebuah arti syukur dalam kehidupan. Di suatu tempat aku dan sahabatku berbincang-bincang :
 
“ya… aku mengerti apa yang kau alami, tidak hanya kamu akupun sendiri pernah mengalami dan mungkin banyak orang lainnya, sekarang aku akan ambil satu kertas putih kosong dan aku tunjukkan padamu, apa yang kamu lihat ?”, ucap sahabatku.
“aku tidak melihat apa-apa semuanya putih”, jawabku lirih.
Sambil mengambil spidol hitam dan membuat Satu titik ditengah kertasnya, sahabatku berkata “nah… sekarang aku telah beri sebuah titik hitam di atas kertas itu, sekarang gambar apa yang kamu lihat?”.
“aku melihat satu titik hitam,” jawabku cepat.
“pastikan lagi !”, timpal sahabatku.
“titik hitam”, jawabku dengan yakin.
“sekarang aku tahu penyebab masalahmu. Kenapa engkau hanya melihat satu titik hitam saja dari kertas tadi? Cobalah rubah sudut pandangmu, menurutku yang kulihat bukan titik hitam tapi tetap sebuah kertas putih meski ada satu noda di dalamnya, aku melihat lebih banyak warna putih di kertas tersebut sedangkan kenapa engkau hanya melihat hitamnya saja dan itupun hanya setitik?”. Jawab sahabatku dengan lantang,
“sekarang mengertikah kamu?, dalam hidup, bahagia atau tidaknya hidupmu tergantung dari sudut pandangmu memandang hidup itu sendiri, jika engkau selalu melihat titik hitam tadi yang bias diartikan kekecewaan, kekurangan dan keburukan dalam hidup maka hal-hal itulah yang akan selalu hinggap dan menemani dalam hidupmu”.

“cobalah fahami, bukankah disekelilingmu penuh dengan warna putih, yang artinya begitu banyak anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kamu, kamu masih bisa melihat, mendengar, membaca, berjalan, fisik yang utuh yang sehat, anak yang lucu-lucu dan begitu banyak kebaikan dari istrimu daripada kekurangannya, berapa banyak suami-suami yang kehilangan istrinya?, juga begitu banyak kebaikan dari pekerjaanmu dilain sisi banyak orang yang antri dan menderita karena mencari pekerjaan. Begitu banyak orang yang lebih miskin bahkan lebih kekurangan daripada kamu, kamu masih memiliki rumah untuk berteduh, asset sebagai simpananmu di hari tua, tabungan, asuransi dan teman-teman yang baik yang selalu mendukungmu. Kenapa engkau selalu melihat titik hitam saja dalam hidupmu ?”

Betapa mudahnya melihat keburukan orang lain, padahal begitu banyak hal baik yang telah diberikan orang lain kepada kamu.
Betapa mudahnya melihat kesalahan dan kekurangan orang lain, sedangkan kamu lupa kelemahan dankekurangan diri kamu.
Betapa mudahnya kamu menyalahkan dan mengingkari-Nya atas kesusahan hidupmu, padahal begitu besar anugerah dan karunia yang telah diberikan-Nya dalam hidupmu.
Betapa mudahnya menyesali hidup kamu padahal banyak kebahagiaan telah diciptakan untuk kamu dan menanti kamu.

“mengapa kamu hanya melihat satu titik hitam pada kertas ini? PADAHAL SEBAGIAN KERTAS INI BERWARNA PUTIH?, sekarang mengertikah engkau?”, ucap sahabatku sambil pergi.

ya aku mengerti”, jawabku lirih.

Kertas itu aku ambil, aku buatkan satu pigura indah dan aku gantung di dinding rumahku. Bukan untuk SESEMBAHAN bagiku tapi sebagai PENGINGAT dikala lupa,..lupa… bahwa begitu banyak warna putih dihidupku daripada sebuah titik hitam. Sejak itu aku mencintai HIDUP ini. Bisa hidup adalah suatu anugerah yang paling besar yang diberikan kepada kita oleh Tuhan yang Maha Esa. Aku tidak akan menyia-nyiakannya.


 Sumber : buku PPJ
Just Share :)
tinggalkan komentar..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar